Tak semua proses perekatan bisa sukses. Bila tak dilakukan dengan baik, bukan tak mungkin terjadi yang namanya kegagalan pengeleman. Kegagalan seperti ini dipengaruhi berbagai faktor, namun bila ditilik dari lokasinya, kegagalan pengeleman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Kegagalan Pengeleman Kohesif (Cohesive Fracture)

Tipe kegagalan pertama adalah cohesive fracture atau rusak cohesive. Kohesif seperti kita ketahui adalah istilah yang menunjukkan daya rekat sebuah zat pada zat itu sendiri. Dengan demikian, keretakan kohesif atau cohesive fracture terjadi di area adhesive atau polimer lem. Ingat, area pengeleman bisa dibagi menjadi beberapa titik. Salah satunya adalah titik pertengahan di mana lem terdapat paling banyak. Kerusakan pada area ini menunjukkan daya kohesi lem rendah. Ketika kerusakan dibiarkan, permukaan adheren yang dilepaskan satu sama lain akan menunjukkan bekas-bekas lem yang rusak.

Terdapat satu varian khusus pada kegagalan pengeleman ini, yakni cohesive near the interface fracture. Varian kerusakan tersebut terjadi tatkala terdapat kegagalan pengeleman di area polymer dekat dengan interface (area bonding lem dengan adheren atau media yang dilem).

Kegagalan Lem atau Adhesive Fracture

Adhesive fracturtr seringkali juga disebut sebagai interfacial fracture. Bila kerusakan kohesi terletak di area lem, kerusakan interfacial terjadi pada area kontak adhesive dengan adherend. Proses yang terjadi pada kasus ini adalah debonding antara adhesive dengan adheren atau media akibat berbagai faktor.

Faktor Lainnya

Selain kerusakan adhesive dan kohesif, di lapangan juga sering terjadi kerusakan di luar pembagian tersebut. Malah, seringkali kerusakan yang terjadi diakibatkan penyebab yang tidak tunggal. Sebagai contoh, berikut ini dipaparkan dua tipe kegagalan perekatan lainnya tersebut.

Kombiniasi atau Mixture

Kerusakan kombinasi terjadi akibat perpaduan kerusakan kohesif dan adhesive. Kerusakan ini terjadi di titik-titik polimer lem serta interfasial. Untuk menentukan area dominan terjadinya kerusakan, kita bisa menghitungnya secara persentase.

Ketidak-cocokan Lem dan Adheren

Kerusakan bonding yang berakibat pda kegagalan pengeleman juga dapat terjadi ketika antara permukaan adheren dengan adhesive terdapat ketidaksesuaian karakter. Misalnya, lem punya formulasi yang terlalu kuat untuk sebuah media. Akibatnya, lem akan terikat pada salah satu media, dan ketika dipisahkan, akan membekas pada media yang lainnya. Misal, saat Anda melepas label harga. Setelah label dilepas, lem masih akan terdapat pada label, namun membekas pada medianya. Kerusakan seperti ini disebut sebagai cohesive fracture (bila dilihat dari lokasinya).

Mengatasi Kegagalan Pengeleman dengan Cara yang Tepat

Sebagaimana telah disinggung pada awal artikel ini, dengan mengetahui kegagalan pengeleman, kita dapat menghindari masalah tersebut dan mengambil solusi yang tepat. Misalnya, dengan memahami bahwa bonding bisa rusak pada area interface (antara permukaan adheren dengan lem), maka kita perlu hati-hati saat menyiapkan sebuah bahan sebelum dilem. Bahan tersebut, hendaknya bebas dari kotoran seperti solvent dan debu-debu. Pasalnya, adanya debu maupun solvent bisa mengganggu ikatan yang terjadi. Itulah kenapa pada kebanyakan rekomendasi pemakaian lem, Anda pasti akan selalu diminta untuk membersihkan medianya dulu. Begitu pula ketika Anda hendak mengelem produk yang kurang cocok karakternya dengan lem yang akan diaplikasikan. Salah-salah akan terjadi kerusakan akibat ketidak cocokan antara adhesive dan adherent.

Minimalisir kemungkinan kegagalan pengeleman seperti ini bukan hanya akan membuat Anda lebih efisien dari segi waktu. Di luar itu, Anda juga bisa menghindarkan diri dari kerugian lebih jauh akibat proses pengeleman yang harus diulang kembali karena gagal.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *